KOLEKSI BERITA BOHONG | HOAX - Media TEMPO, 21 September 2013 menulis berita: Wanita Tunisia Ber-‘Jihad Seks’ di Suriah. Berita ini juga disiarkan oleh Merdeka.com, Viva News, yang ternyata adalah berita bohong.
Silahkan diperiksa dan klarifikasi
Kebohongan di Balik Berita ‘Jihad Seks’ di Suriah [BumiSyam.com] dan
Berita Fitnah Merdeka.com Tentang Jihad Seksual 13 Wanita Tunisia [BumiSyam.com] Berikut Ini :
BUMISYAM.COM :
Akhir pekan ini sejumlah situs nasional seperti harian Tempo dan merdeka.com merilis berita adanya gerakan ‘jihad seks’ wanita-wanita Tunisia ke Suriah. Menurut berita itu, mengutip Menteri Dalam Negeri Tunisia Lotfi Bin Jeddo, wanita-wanita tersebut datang ke Suriah untuk ‘menghibur’ pejuang oposisi. Setelah berhubungan dengan 20, 30, atau 100 laki-laki, mereka kembali ke Tunisia dalam kondisi hamil.
Masyarakat Tunisia sendiri kebanyakan menganggap bahwa pernyataan itu adalah kedustaan yang besar. Dikutip dari Al Jazeera, warga Tunisia bernama Abeer Musalam mengatakan, “Kebohongan paling bodoh yang pernah dinyatakan.”
Dalam pemberitaan media internasional dan nasional, dipasang gambar seorang lelaki dan perempuan yang diduga melakukan jihad sex tersebut. Siapakah perempuan itu?
Nama wanita itu adalah Ummu Jaafar dan suaminya Abu Jaafar. Ummu Jaafar adalah seorang ibu yang bergabung dengan pasukan mujahidin Suriah bersama suaminya Abu Jaafar di Aleppo, Suriah. Ummu Jaafar dan Abu Jaafar telah memiliki anak perempuan yang bernama Faten.
Layaknya keluarga pada umumnya, sebelum bertempur Ummu dan Abu Jaafar bercanda dengan Faten. Setelah menyenangkan buah hatinya, mereka mempersiapkan senjata untuk bertempur melawan pasukan pemerintah Suriah.
Ummu Jaafar bertempur layaknya kaum pria. Bedanya Abu Jaafar selalu disampingnya untuk melindungi istri tercintanya. Wanita Muslimah seperti inilah yang diberitakan melakukan ‘jihad seks’ hingga hamil oleh media-media sekuler.
Sementara itu, pejabat Tentara Pembebasan Suriah (FSA) membantah klaim adanya praktik ‘jihad seks’ di Suriah. Secara tegas dirinya mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda praktik tersebut di wilayah yang berada di bawah kendali mereka.
“Klaim tentang jihad seks ini merupakan permainan media,” kata Jenderal Qassim Saad al-Din, seorang anggota Komando Tinggi FSA kepada kantor berita Turki Anadolu, Sabtu kemarin (21/09).
Propaganda wanita Tunisa yang menjadi ‘penghibur’ oposisi di Suriah, menjadi jelas bahwa istilah ‘jihad seks’ merupakan perang isu dan upaya memberikan stigma negatif kepada jihad di Suriah yang selama ini memiliki reputasi cukup baik. Mengapa tidak memakai istilah prostitusi atau yang sejenis? Mengapa memakai kata jihad?
Ayat 32 dari surat At Taubah mengingatkan kita “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka.”
####################
BUMISYAM.COM :
Menyimak situs merdeka.com (Jum’at, 05/04/20130) ada sebuah berita yang membuat Penulis tergelitik. Hari ini, situs yang yang disebut oleh AM. Waskito sebagai situs recehan ini mengulas tentang jihad Suriah. Tulisan bernuansa esek-esek tersebut berjudul “13 Gadis Tunisia Rela Berjihad Seksual bagi Pemberontak Suriah.”
Merdeka.com Tidak Layak Dijadikan Rujukan Berita Mengenai Suriah
Berdasarkan fakta di lapangan yang pernah Penulis alami sendiri (terjun langsung di Suriah, bukan sekadar copas berita dari internet), Penulis memberikan beberapa catatan terhadap berita tersebut sebagai berikut :
Anggap saja bahwa berita dari Dailiy Mail tersebut memang benar, sungguh-sungguh terjadi. Tetapi harus dicatat bahwa kelompok yang disebut sebagai “pemberontak Suriah” tidak satu seragam, satu bendera, satu aliran dan satu pemikiran. Jadi, perlu dijelaskan terlebih dahulu, “pemberontak” yang mana yang terlibat dalam “jihad seksual” tersebut.
Selalu ada rumput yang tumbuh bersama padi. Sebagaimana dalam perjuangan kemerdekaan RI dahulu ada pribumi yang berkhianat, demikian pula bisa jadi selalu ada “penjahat-penjahat” yang turut bergerak mirip Mujahidin (disebut merdeka.com sebagai “pemberontak”). Masalahnya, apakah kelompok ini patut kemudian disebut sebagai kelompok “pemberontak,” atau oknum?
Bukankah syiah yang membolehkan nikah mut’ah ?
Sejauh saya yang berinteraksi dengan para “pemberontak” dalam tugas kemanusiaan HASI lalu, Penulis mendapat gambaran bahwa mereka adalah pejuang Sunni, bukan Syiah yang menghalalkan adanya nikah mut’ah (kawin kontrak/kawin sementara) sebagaimana disebut merdeka.com sebagai “jihad seksual” tersebut.
Meski sebagian besar kelompok pejuang berakidah Ahlussunnah wal Jamaah, namun ada juga kelompok Alawiyyin yang turut angkat senjata melawan Bashar Asad. Motifnya bermacam-macam, mulai dari ketidakpuasan ekonomi, ambisi politik, atau pilihan pragmatis. Kelompok Alawiyyin ini dekat dengan Syiah yang memang menghalalkan nikah mut’ah.
Dalam berita tersebut, ditulis adanya fatwa yang menganjurkan “jihad seksual” tersebut. Tetapi tidak jelas siapa yang berfatwa. Ketidakjelasan sumber fatwa patut menimbulkan kecurigaan bahwa fatwa tersebut sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak yang selama ini menghalalkan perzinaan dengan label kawin sementara, seperti mut’ah.
“Jihad Seksual” dan kampanye hitam Syiah untuk memfitnah pejuang ahlussunnah di Suriah
Ketidakjelasan siapa sebenarnya ke-13 gadis Tunisia yang disebutkan telah menjajakan diri dalam “
jihad seksual” tersebut. Tunisia adalah sebuah negara dengan penganut Syiah cukup kuat, meski pemerintahannya Sunni. Jangan-jangan ke-13 gadis tersebut adalah Syiah yang memang benar-benar menjajakan dirinya ke sesama kelompok pro-Syiah, entah motif menjalankan “ibadah” mut’ah atau character assassination terhadap pejuang Suriah yang Ahlussunnah wal Jamaah.
Menyusuri sumber yang dikutip merdeka.com yaitu Daily Mail, sumber tersebut selalu menyisipkan tanda kutip untuk menyebut jihad seksual. Tanda kutip tersebut menyiratkan bahwa istilah jihad seksual sebenarnya tidak ada, hanya kreativitas redaksi Daily Mail. Sayang, kecerdasan Daily Mail ini tidak ikut ditiru oleh merdeka.com yang menghilangkan tanda kutip tersebut, sehingga mengesankan bahwa jihad seksual adalah bagian dari jihad.
Oleh : Abu Yahya, Jurnalis Majalah An-Najah Dan Pernah Turun Langsung Ke Suriah.
Red : Abdul Aziz Al Makassary
####################
Kebohongan publik dilakukan oleh media sekular anti islam, baik dalam maupun luar negri, dalam upaya pencemaran nama baik mujahidin. Narasumber yang menjadi penyebab berita palsu tentang “Jihad Sex” adalah Lutfi ibn Joddo, Mendagri Iran yang berideologi Syi’ah. Media pertama yang menyebarkan berita palsu “Jihad Sex” adalah Mayadeen TV (TV Iran). Fitnah ini dilancarkan agar nama Mujahidin menjadi jelek. Diantara Mujahidin yang difitnah adalah Ummu Jaafar bersama suaminya Abu Jaafar. Sebagian besar media umum dan Syiah serta pro-Syiah menggunakan gambar mereka untuk menuduh mujahidin melakukan jihad seks. Media-media sekuler di Indonesia memberitakan propaganda orang yang pro-Bashar dan pendukung Syiah agar Mujahidin menjadi bahan olok-olok.
####################
Baca juga:
HIDAYATULLAH.COM :
Oleh: Maya dewi
BARU– baru ini kita dikejutkan berita di media massa (khususnya media online) seputar adanya aktivitas “jihad seks” yang dilakukan oleh para wanita Tunisia di Suriah.
Beberapa situs nasional seperti sindonews.com, merdeka.com dan tempo.co turut memberitakan hal tersebut.
Diberitakan, sejumlah wanita Tunisia rela menyeberang ke utara Suriah untuk melakukan “jihad seks” bersama para oposisi Suriah. Bahkan beberapa telah pulang ke negaranya dalam keadaan hamil.
Lucunya, satu-satunya sumber pemberitaan itu adalah pernyataan Menteri Dalam Negeri Tunisia, Lotfi ben Jeddou, kepada anggota parlemen.
”Mereka melakukan hubungan seksual dengan 20, 30, hingga 100 militan,” kata menteri Jeddou kepada anggota Konstituante Majelis Nasional, kemarin, seperti dikutip Al-Arabiyya, Jumat (20/09/2013). Dan tak ada sumber pemberitaan lain yang menguatkan pernyataan itu.
Di sisi lain, sangat minim media yang mengklarifikasi kebenaran berita tersebut kepada wanita pelaku dan pihak yang disebut sebagai pemberontak ataupun oposisi Suriah. Padahal pihak oposisi Suriah, dalam hal ini Pejabat Tentara Pembebasan Suriah (FSA) membantah klaim tentang “jihad seks” di Suriah. Mereka mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda praktek aktifitas haram tersebut di wilayah di bawah kendali mereka (World Bulletin, Ahad 22-09-2013).
FSA menegaskan bahwa isu “jihad seks” hanyalah permainan media. FSA juga menegaskan tidak mungkin ada apa yang disebut “jihad seks” jika maksudnya adalah perzinaan.
Media dan Pembunuhan Karakter
Munculnya berita “jihad seks” ini di tengah-tengah menguatnya dukungan terhadap pihak oposisi (atau lebih tepatnya adalah mujahidin) Suriah, membuat kita semakin yakin bahwa pihak-pihak yang anti terhadap perjuangan (baca opisisi) di Suriah telah mulai kehilangan akal. Ketidakmampuan mereka membendung arus mujahidin yang masuk ke Suriah membuat mereka harus mencari isu murahan lain.
Di Indonesia, rupanya momen ini tidak disia-siakan media-media pendukung Syiah (yang sejak awal konflik memang mendukung Rezim tangan besi Bashar al Assad), yang diback-up minoritas penguasa dukungan Syiah Alawiyah.
Isu “jihad seks” yang mereka lontarkan ini tak lain hanyalah usaha pembunuhan karakter terhadap para mujahidin yang ikhlas berjuang menegakkan agamanya. Serta fitnah keji terhadap para muslimah, khususnya muslimah yang turut serta mendampingi suaminya untuk berjihad di Suriah.
Di sisi lain, isu tersebut juga telah menodai makna jihad. Dalam Islam, jihad memiliki makna syar’i, yaitu perang melawan pihak-pihak yang menghalangi tegaknya kalimatullah, yang dilakukan secara ofensif oleh daulah Islam, dan defensif oleh setiap individu muslim yang terdzolimi seperti yang terjadi di Suriah. Sehingga tidak ada yang namanya ‘jihad pendidikan’, ‘jihad ekonomi’, apalagi “jihad seks”.
Sementara itu, Syeikh Muhammad ‘Arifi yang disebut-sebut sebagai ulama mengeluarkan fatwa justru membantah.
“Apa yang disiarkan oleh chanel Al-Jadid pengikut Bashar, dan saya yakin ini juga disiarkan oleh chanel-chanel Rafidhah, yang berkaitan dengan kicauan atas nama saya di twitter, tentang fatwa jihad seks di Suria adalah dusta!” tandas sang Syeikh.
Peran Jihad Wanita
Sebagai sistem hidup yang sempurna, Islam juga telah mengatur peran wanita muslimah di medan jihad. Peran tersebut adalah :
turut berperang, tim logistik, tim medis, serta motivator bagi suami atau anak serta kerabat yang berjihad.
Dalam hadis riwayat Bukhori, dari Nabi ShalAllohu ‘alaihi wa sallam, dari Ruba’i binti Muawwidz radliyAllohu ‘anha, beliau berkata, “Kami berperang bersama Nabi shalAllohu ‘alaihi wa sallam, kami memberi minum para prajurit dan membantu mereka, mengembalikan yang terluka dan terbunuh ke Madinah”.
Ibunda Khadijah ra. Merupakan motivator bagi Rasulullah, baik dalam berdakwah maupun berjihad. Sedangkan Al Khansa’ ra. adalah motivator jihad keempat anak laki-lakinya yang tidak ragu untuk menjadikan anak-anaknya bagian dari kafilah mujahidin sekaligus kafilah syuhada’.
Jadilah Pembaca yang Cerdas
Sementara bagi kita sebagai pembaca berita, keberadaan isu “jihad seks” dan isu-isu lain haruslah ditanggapi dengan cerdas. Lakukan cek dan ricek (tabayyun) terhadap sumber berita tersebut, sehingga kita tidak mudah termakan isu. Sebagaimana kasus berita “jihad seks” yang ternyata berasal dari sumber yang tidak valid karena hanya sepihak dan tidak didukung oleh data yang kuat, bahkan salah satu foto yang diklaim sebagai pasangan “jihad seks” (diambil dari www.febrayer.com) ternyata plasu, karena mereka adalah sepasang suami-istri mujahidin Suriah (video liputan Al-Jazeera).
Melontarkan isu “jihad seks” sama halnya dengan menuduh berzina, jika itu tidak terbukti maka ancaman dosa besar dalam Islam.
Kasus ini menjadi pelajaran pada kita, bagaimana di zaman penuh fitnah ini, kita seharusnya lebih cerdas, sekaligus punya sikap, bacaan dan media apa saat yang wajib kita tinggal dan kita jadikan rujukan keluarga. Ingatlah firman Allah, dalam surat surat At Taubah ayat 32 “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (Din) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka.”
Inilah fakta yang terjadi saat ini. Wallohu a’lam bi showwab*